JATIMKITA – Kemacetan sering terjadi di beberapa persimpangan jalan di Jawa Timur. Kemacetan ini terjadi akibat perpotongan arus lalu lintas yang tidak teratur dan terdapat berbagai fasilitas umum di sekitarnya yang menyebabkan geometrik jalan tidak dapat lagi menampung kendaraan yang lewat.
Keadaan tersebut disebabkan pula oleh banyaknya kendaraan parkir di pinggir jalan serta permasalahan lampu pengatur lalu lintas yang sudah tidak berfungsi secara maksimal. Hal ini juga menyebabkan sering terjadi antrian dan tundaan pada tiap lengan persimpangan.
Berbagai dampak muncul akibat manajemen simpang yang tidak teratur diantaranya pemborosan bahan bakar. Pemborosan bahan bakar memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap kenaikan harga dipasar.
Selain itu kondisi lalu lintas pada simpang yang tidak dimanajemen dengan baik dapat menimbulkan konflik lalu lintas yang dapat menimbulkan kecelakaan. Apalagi pada tahun 2022 lalu Polda Jatim mencatat 29.714 kejadian dengan korban meninggal dunia sebanyak 5.337 orang.
Guna mengatasi permasalahan pada simpang, Dinas Perhubungan Jawa Timur melakukan pemasangan system APILL Adaptif. Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan Dinas Perhubungan Jawa Timur Farid Susanto menyampaikan bahwa sistem kendali APILL adaptif memiliki sistem kerja yang cukup sederhana. Dimana pada persimpangan dipasang kamera yang telah dipasang sensor yang dapat mendeteksi antrian kendaraan pada simpang, jika salah satu kaki simpang lampu menyala hijau namun tidak terdapat antrian maka otamatis akan langsung berubah ke fase selanjutnya sehingga dapat memotong waktu simpang lainnya.
“Nantinya sistem APILL adaptif ini akan diaplikasikan pada simpang yang jumlah antriannya panjang. Dengan adanya alat ini diharapkan memiliki dampak sosial yang signifikan seperti mengurangi angka kemacetan serta menekan jumlah kecelakaan di sekitar simpang,” terang Farid.
Komentar