oleh

Lintas Penyeberangan Jangkar–Lembar Resmi Beroperasi: Babak Baru Konektivitas Laut Jawa–Nusa Tenggara

JATIMKITA – Sebuah kolaborasi antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Situbondo bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia resmi membuka rute penyeberangan laut Jangkar–Lembar, yang menghubungkan Pulau Jawa bagian timur dengan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Peresmian ini berlangsung pada 15 Agustus 2023, bertepatan dengan Hari Jadi ke 205 Kabupaten Situbondo, dan menandai dimulainya babak baru konektivitas laut antarpulau yang lebih efisien dan terintegrasi.

banner 2048X824

Dalam seremoni yang digelar di Pelabuhan Jangkar, hadir Bupati Situbondo Karna Suswandi serta Plt. Direktur Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan Kemenhub, Bambang Siswoyo.

Dalam sambutannya, Bupati Karna menyampaikan bahwa rute ini akan menjadi solusi strategis bagi distribusi logistik dari kawasan utara Jawa ke kawasan timur Indonesia.

“Kami berharap lintas Jangkar–Lembar bisa menjadi jalur logistik andalan dan menjadi bagian penting dalam rantai pasok nasional,” ujarnya di hadapan awak media dan masyarakat setempat.

11 Jam Menembus Laut, Lebih Cepat dari Jalur Lama

Lintas penyeberangan Jangkar–Lembar diperkirakan memangkas waktu tempuh secara signifikan. Jika rute Ketapang–Gilimanuk–Padangbai–Lembar membutuhkan waktu sekitar 13 jam, jalur baru ini hanya memakan waktu ±11 jam. Perbedaan dua jam tersebut diyakini akan sangat berdampak pada efisiensi distribusi barang, khususnya bagi kendaraan berat dan kontainer logistik.

Dua kapal telah disiapkan untuk melayani trayek ini: KMP Jatra II milik PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), serta KMP Jambo X yang dioperasikan oleh PT Duta Bahari. Layanan ini ditetapkan sebagai operasi permanen sejak 7 Januari 2024 setelah uji coba berhasil dan mendapat respons positif dari pelaku usaha serta masyarakat.

Efisiensi Biaya dan Tekanan terhadap Jalur Lama

Menurut data dari ASDP, lebih dari 82% pengguna lintas Jangkar–Lembar berasal dari sektor logistik dan kendaraan berat. Ini turut meringankan beban Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk yang selama ini menjadi simpul utama jalur Jawa–Bali–Lombok.

“Ke depan, Pelabuhan Ketapang akan lebih fokus melayani kendaraan kecil dan penumpang. Rute Jangkar–Lembar kita dedikasikan untuk distribusi barang dan logistik,” jelas Bambang Siswoyo.

Namun demikian, isu tarif masih menjadi perhatian. Beberapa pengusaha logistik menilai ongkos penyeberangan antarprovinsi yang mengacu pada KM 61 Tahun 2023 perlu ditinjau ulang. Pemerintah pun membuka ruang evaluasi untuk memastikan harga yang kompetitif namun tetap berkelanjutan secara operasional.

Potensi Ekonomi Lokal dan Nasional

Lebih dari sekadar jalur laut, kehadiran lintas Jangkar–Lembar juga membuka potensi ekonomi baru bagi wilayah Situbondo dan Lombok Barat. Peningkatan lalu lintas barang otomatis mendorong tumbuhnya sektor jasa, transportasi, dan perdagangan di sekitar pelabuhan.

Kepala Dinas Perhubungan Situbondo menyebutkan bahwa pembangunan dan penguatan struktur dermaga juga akan dilakukan secara bertahap. “Saat ini kapasitas maksimal masih 40 ton. Ke depan kami siapkan trestel yang mampu menampung kendaraan dengan beban lebih besar, termasuk trailer 3 sumbu,” ungkapnya.

Dengan segala capaian dan tantangan yang ada, lintas penyeberangan Jangkar–Lembar diyakini menjadi salah satu proyek strategis nasional yang akan membawa dampak jangka panjang, khususnya dalam memperkuat konektivitas antarwilayah dan mengakselerasi ekonomi maritim Indonesia Timur.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *